Dalam berbagai teori manajemen
dikatakan bahwa skenario pengembangan teknologi informasi harus sejalan dengan
strategi bisnis perusahaan.
Sejalan dalam arti kata bahwa
dalam tataran strategis dan aktivitas operasional, pengembangan teknologi
informasi semacam E-Commerce harus berada dalam kerangka arsitektur bisnis
perusahaan.
Eberhardt Rechtin mendefinisikan
arsitektur bisnis perusahaan sebagai penggabungan antara tiga komponen besar,
yaitu: organisasi, proses, dan teknologi.
E-Commerce Business Strategy
Memahami keberadaan E-Commerce
dalam kerangka bisnis perusahaan bukanlah merupakan suatu hal yang mudah. Vince
Barabba dari General Motors mengatakan bahwa diperlukan suatu kemampuan
berfikir secara lateral (outside the box) untuk dapat memahami karakteristik
dan peluang-peluang bisnis yang ditawarkan oleh E-Commerce.
Kemampuan untuk melakukan
“learning” harus dimiliki oleh segenap stakeholders perusahaan, lebih dari
hanya sekedar “knowing” mengenai perkembangan teknologi informasi. Berawal dari
analisa klasik SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) yang dipadu
dengan berfikir secara lateral, pemilik dan pengelola bisnis harus dapat
menemukan berbagai peluang bisnis yang “mungkin” dimanfaatkan dengan kehadiran
teknologi internet dan E-Commerce.
Prinsip pokok yang harus dijalani
di dalam fase ini adalah suatu pemahaman mengenai apa yang dapat dan mungkin
dilakukan E-Commerce untuk peningkatan kinerja bisnis perusahaan di berbagai
aspek.
- Apakah mungkin perusahaan memanfaatkan E-Commerce untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan secara signifikan, baik melalui peningkatan pendapatan atau penurunan total biaya ?
- Seberapa besar kesempatan perusahaan untuk memanfaatkan teknologi Ecommerce untuk meningkatkan daya saing usaha ?
- Apakah dengan tidak memanfaatkan E-Commerce perusahaan akan terancam secara serius keberadaannya ?
- Berapa besar nilai segmen pasar baru yang dapat diraih seandainya perusahaan memutuskan untuk “go E-Commerce” ?
Inter-Enterprise Business Processes
langkah selanjutnya adalah
memahami bagaimana kemungkinan-kemungkinan tersebut secara operasional dapat
diwujudkan. Kunci dari prosedur pelaksanaan strategi adalah terletak pada
proses bisnis (business processes).
Pertanyaan-pertanyaan sentral
yang harus dapat dijawab akan berkisar pada isu-isu proses, organisasi, dan
model data:
- Bagaimana menciptakan proses bisnis yang lebih cepat, lebih baik, dan lebih murah bagi pelanggan ?
- Bagaimana menggabungkan antara physical value chain dengan virtual value chain ?
- Bagaimana memilih model bisnis yang tepat dan sesuai dengan strategi bisnis perusahaan ?
- Bagaimana menggabungkan proses bisnis internal dengan proses bisnis eksternal yang dimiliki rekanan semacam pemasok atau distributor ?
Component-Based Application
Langkah selanjutnya adalah menentukan
komponen-komponen objek bisnis (modul aplikasi) yang diperlukan untuk membangun
model bisnis tersebut.
- Modul aplikasi untuk menerima pesanan (order) dari pelanggan;
- Modul aplikasi untuk melakukan otorisasi kartu kredit sebagai alat pembayaran produk atau jasa yang ditawarkan;
- Modul aplikasi untuk mencari data atau informasi yang ada di dalam katalog produk-produk yang ditawarkan perusahaan;
- Modul aplikasi untuk menghubungkan satu sistem aplikasi dengan sistem-sistem lainnya;
- Modul aplikasi untuk melakukan tanya jawab secara interaktif dengan konsumen;
- Modul aplikasi untuk mencatat keluhan pelanggan;
Technology Infrastructure
Pada akhirnya pendekatan
pengembangan sistem E-Commerce yang adaptif dengan perubahan, yaitu dengan
menggunakan paradigma komponen bisnis objek, hanya dapat dilakukan jika
perusahaan memiliki infrastruktur teknologi informasi yang sesuai dengan
sifat-sifat pengembangan komponen-komponen objek bisnis tersebut. Dengan kata
lain, perusahaan harus memiliki desain cetak biru pengembangan teknologi
informasi (data, proses, dan teknologi) yang menekankan pada implementasi
sistem berbasis objek.
Tag :
E-Commerce
0 Komentar untuk " Arsitektur Bisnis dan Teknologi dalam Pengembangan E-Commerce "